Awal Kekristenan Karo
Sejarah Singkat GBKP - Gereja Batak Karo Protestan-Permulaan perkabaran Injil ke Karo bukanlah karena tugas rohani, melainkan oleh permohonan J.T. Craemers, seorang pemimipin perkebunan di Sumatera Timur. Beliau berpendapat bahwa jalan paling baik supaya penduduk asli daerah itu jangan menentang dan mengganggu usaha perkebunan adalah dengan mengabarkan Injil dan mengkristenkan mereka.
Dengan meyakinkan Maskapai Perkebunan terhadap pendapatnya, Craemers meminta kepada Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) membuka penginjilan di Sumatera Timur dengan biaya yang dibebankan ke maskapai-maskapai perkebunan. Permintaan itu diterima oleh NZG dan dilaksanakan dari tahun 1890 sampai tahun 1930.
Tanggal 18 April 1890, tibalah Pekabar Injil NZG, H.C. Kruyt, dari Tomohon (Minahasa) dengan tempat pos di Buluh Awar. Melihat medan pelayanan di kaki pegunungan sekitar Buluh Awar, sejak awal Kruyt mengusulkan ke NZG membuka pos missi di Karo Gugung, tapi pemerintah kolonial belum memberikan ijin karena alasan keamanan. Kruyt merasa kecewa terhadap alasan ini. Tahun berikutnya, dia menjemput 4 Guru Injil sebagai pembantunya: B. Wenas, J. Pinontoan, R. Tampenawas, H. Pesik.
Perkebunan-perkebunan asing di Padangbulan, Bekala dan Arnhemia (Pancurbatu) adalah menjadi sasaran utama pasukan Datuk Sunggal Surbakti. Kebun-kebun tsb berada di wilayah Urung Sepuludua Kuta Laucih panteken Karo-karo Purba
2 tahun kemudian (1892), Kruyt pulang ke negerinya tanpa membaptiskan seorangpun suku Karo. Dia digantikan Pdt. J.K. Wijngaarden yang sebelumnya bekerja di Pulau Sawu. Pendeta inilah yang melakukan pembabptisan pertama suku Karo [20 Agustus 1893] sebanyak 6 orang: Sampe, Ngurupi, Pengarapen, Nuah, Tala dan Tabar. Wijngarden meninggal tanggal 21 September 1894 karena serangan disentri.
Wijgaarden digantikan oleh Pdt. M. Joustra yang nantinya menterjemahkan 104 ceritera-ceritera Alkitab dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Karo (104 Turi-turin). Dia juga tinggal di Buluh Awar.
Masa Penanaman dan Penggarapan : 1906 – 1940
Dengan kedatangan Pdt. Guilloume (utusan RMG Jerman) dari Saribudolok yang sebelumnya bekerja ke Tapanuli. Waktu itu, Saribudolok masuk daerah pelayanan pra HKBP. Dia dibantu seorang guru injil Martin Siregar.
Dibukalah pos penginjilan ke 2 (Bukum, 1899). Sampai tahun 1900, orang Karo yang dibabtiskan baru 25 orang. Pertumbuhan selama 10 tahun pertama sangat sulit bertumbuh. Kita dapat merasakan kigigihan suku Karo mempertahankan tradisi dan adat istiadatnya sehingga merasa aman dalam sikap hidup lama. Di pihak lain, kita juga merasakan kegigihan semangat penginjilan yang pantang mundur dalam memperkenalkan Injil Kristus.
Penanaman dan Penggarapan (1906-1940)
Kedatangan Pdt. J.H.Neumann (1900) membawa harapan baru dalam sejarah PI di Karo. Ia ditempatkan di Pos ke 3 (Sibolangit). Ia menerjemahkan Alkitab ke bahasa Karo. Ia juga giat dalam membuka pelayanan kesehatan, pertanian, perdagangan dan pendidikan. 1903, datang pula Pdt. E.J. Van den Berg yang kemudian membuka Pos ke 4 (Kabanjahe).
Keduanya merupakan teman sekerja yang baik. Mereka membuka Rumah Sakit Zending di Sibolangit dan Kabanjahe. Bekerjasama dengan pihak pemerintah, Van den Berg membuka Rumah Sakit Kusta di Lausimomo. J.H. Neumann giat membuka pekan-pekan (tiga) di Deli Hulu.
GBKP Berdiri Sendiri
1906 datang Pdt. G. Smith dan membuka sekolah pembibitan pertanian (kweekschool) di Berastagi yang nantinya pindah ke Raya. 1920, sekolah ini ditutup. Guru-guru sekolah yang telah terdidik ditempatkan di desa-desa menjadi guru sebagai landasan untuk mengabarkan Injil.
Prof. Dr. H. Kraemer yang telah meninjau tempat-tempat zending Karo (1939) menganjurkan agar jemaat Karo segera dipersiapkan untuk berdiri sendiri dengan pengiriman tenaga pribumi ke sekolah pendeta dan mengangkat majelis jemaat. 1940, 2a guru Injil (P. Sitepu dan Th. Sibero) dikirim ke sekolah pendeta di seminari HKBP, Sipoholon.
Di periode ini berkembang pergerakan muda-mudi di tengah-tengah gereja dengan nama Christelijke Meisjes Club Maju (CMCM) untuk perempuan dan Bond Kristen Dilaki Karo (BKDK) untuk laki-laki. Keduanya menjadi embrio lahirnya perkumpulan pemuda GBKP yang disebut Permata. Pengesahan dan peresmiannya dilaksanakan pada Sidang Sinode GBKP 12 September 1948 sebagai hari jadi Permata. Rapat Permata pertama 25 Mei 1947, dan ke 2 pada 18 juli 1948.
Guru Injil yang disekolahkan ke Seminari Sipoholon (Tarutung) telah menyelesaikan studinya pada pertengahan Sidang Sinode Pertama yang menetapkan nama Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Sibolangit (23 Juli 1941). Saat itu ditahbiskan 2 pendeta pertama dari putra Karol (Pdt. Palem Sitepu dan Pdt. Thomas Sibero). Pada sinode pertama ini ditetapkan Tata Gereja GBKP pertama dengan Ketua Sinode Pdt. J. Van Muylwijk, sebagai sekretaris Guru Lucius Tambun (1941-1943). Pdt. P. Sitepu ditempatkan di Tiganderket dan sebagai Wakil Ketua Klasis Karo Gugung serta Pdt. Th. Sibero di Peria-ria, sebagai Wakil Ketua Klassis Karo Jahe.
Sumber : http://www.sorasirulo.com/berita/2013/02/06/sejarah-singkat-gbkp/ tanggal akses 7 Feb 2013
0 comments